Selasa, 29 September 2015

TANGGUNG JAWAB DAN FUNGSI MANUSIA SEBAGAI KHALIFA

Edit Posted by with No comments



TANGGUNG JAWAB DAN FUNGSI MANUSIA SEBAGAI KHALIFA


Fungsi Khalifah
Pada  dasarnya,  akhlak  yang  diajarkan   Alquran   terhadap lingkungan bersumber dari fungi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan  menuntut  adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan  mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Dalam  pandangan  akhlak Islam,  seseorang  tidak  dibenarkan mengambil  buah  sebelum  matang,  atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.
Ini  berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua  proses yang sedang  terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga  ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, “Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.” Binatang, tumbuhan,  dan benda-benda  tak  bernyawa  semuanya diciptakan  oleh Allah Swt. dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
Karena itu dalam Alquran ditegaskan bahwa :
Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi dan  burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan  umat-umat (juga)  seperti manusia...”  (QS. Al-An’am  [6] : 38)
Bahwa semuanya adalah milik Allah, mengantarkan manusia kepada kesadaran  bahwa  apapun  yang  berada  di  dalam  genggaman tangannya,   tidak lain   kecuali    amanat    yang    harus dipertanggungjawabkan. “Setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap angin yang berhembus di udara,  dan setiap tetes hujan yang tercurah dari langit akan dimintakan pertanggungjawabannya, manusia menyangkut pemeliharaan  dan pemanfaatannya”, demikian   kandungan  penjelasan  Nabi  Saw.

Sebagai seorang khalifah, apa yang dilakukan tidak boleh hanya untuk kepentingan diri pribadi dan tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri saja. Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada tiga instansi, yaitu :
1.      Pertanggung jawaban pada diri sendiri.
2.      Pertanggung jawaban pada masyarakat.
3.      Pertanggung jawaban pada Allah.

Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah
Makna yang esensial dari kata ‘abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan kepada Allah, yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak) dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati .
الْقَيِّمَةِ دِينُ وَذَلِكَ الزَّكَاةَ تُوا وَيُؤْ الصَّلاةَ وَيُقِيمُوا حُنَفَاءَ الدِّينَ لَهُ مُخْلِصِي اللَّهَ لِيَعْبُدُوا إِلا أُمِرُوا وَمَا
Artinya “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." – (QS.98:5)
Tanggung jawab abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif (naik-turun), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu wayanqushu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah).
Seorang hamba Allah juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga . tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab terhadap diri sendiri, karena memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga. Oleh karena itu dalam al-qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahlikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman, dari neraka).



4. POTENSI-POTENSI YANG DIMILIKI MANUSIA

I. PENDAHULUAN
Pada awalnya manusia itu diciptakan terdiri dari dua subtansi, yaitu tubuh dan ruh. Ketika keduanya bertemu terbebntuklah subtansi yang namanya jiwa dimana jwa ini memiliki potensi buruk ataupun baik. Ruh digambarkan sebagai subtannsi yang berasal dari Allah yang memiliki sifat-sifat Allah. Tubuh adalah subtansi yang sekalipun suci akan tetapi rentan terhadap pengaruh- pengaruh eksternal.
Jiwa itu terkadang berubah-rubah fungsi dan keadaanya, maka memerlukan beberapa istilah untuk menandai perubahan tersebut. Ketika jiwa mengorientasikan pandangan ketempat asalnya dunia ruhaniah maka disebut ruh. Ketika jiwa melakukan pemikiran yang rasional maka disebut aql. Ketika memperoleh pencerahan dari Allah pada saat terjadi disingkapnya hijab, maka disebut hati. 
Manusia memiliki banyak sekali potensi yang ada didalam dirinya. Potensi-potensi tersebut haruslah dikembangkan agar manusia mencapai derajat yang mulia disisi Allah. Dengan mengembangkan potensi-potensi tersebut manusia dapat mengelola bumi ini secara bijaksana untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Adapun potensi-potensi tersebut adalah potensi nur, potensi ruh, potensi qalb, potensi aql, potensi inderawi.

II. RUMUSAN MASALAH
Potensi-potensi apa saja yang dimiliki manusia dan bagaimana cara melatih potensi-potensi tersebut.
Menurut Fuad Nashori (2003: 89) manusia memiliki beragam potensi diantaranya adalah sebagai berikut:
1)      Potensi Berfikir
Manusia memiliki potensi berfikir.Seringkali Alloh menyuruh manusia untuk berfikir.Maka berfikir. Logikanya orang hanya disuruh berfikir karena ia memiliki potensi berfikir. Maka, dapat dikatakan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk belajar informasi-informasi baru, menghubungkan berbagai informasi, serta menghasilkan pemikiran baru.

2)      Potensi Emosi
Potensi yang lain adalah potensi dalam bidang afeksi/emosi. Setiap manusia memilki potensi cita rasa, yang dengannya manusia dapat memahami orang lain, memahami suara alam, ingin mencintai dan dicintai, memperhatikan dan diperhatikan, menghargai dan dihargai, cenderung kepada keindahan.
3)      Potensi Fisik
Adakalanya manusia memilki potensi yang luar biasa untuk membuat gerakan fisik yang efektif dan efisien serta memiliki kekuatan fisik yang tangguh.Orang yang berbakat dalam bidang fisik mampu mempelajari olah raga dengan cepat dan selalu menunjukkan permainan yang baik.
4)      Potensi Sosial
Pemilik potensi sosial yang besar memiliki kapasitas menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain. Kemampuan menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain didasari kemampuan belajarnya, baik dalam dataran pengetahuan maupun ketrampilan.

 KESIMPULAN
Manusia memiliki beberapa potensi yang ada pada dirinya yang itu harus dikembangkan seoptimal mungkin karena pengembangan potensi-potensi tersebut merupakan wujud atas rasa syukur manusia kepada Allah. Diantaranya ada potensi nur, potensi ruh, potensi qalb, potensi aql, potensi inderawi. Potensi nur adalah potensi Illahiyah (God spoot) yang diberikan oleh Allah kepada manusia dengan ikhtiar, Manusia bisa mendapatkan nur Illahiyah dengan cara meningkatkan kecerdasan spiritual. Potensi qalb adalah potensi yang ada didalam manusia yang memiliki sitem kognisi yang berdaya emosi dan berpotensi kea rah baik atau buruk, Qalb dapat dikembangkan potensinya dengan cara selalu berbuat ke rah yang positif. Potensi aql adalah potensi yang ada didalam diri manusia (otak) yang memiliki kemampuan untuk memperoleh pengetahuan secara nalar, Penggunaan aql untuk berpikir akan mengantarkan individu dan masyarakat menjadi pribadi dan masyarakat yang unggul, dengan berpikir maka manusia itu ada. Potensi inderawi adalah potensi manusia yang berasal dari lima pancainderanya, pengembangan potensi inderawi dapat dilakukan dengan cara bersyukur kepada Allah atas indera yang telah dititipkan kepadanya dengan melakukan hal-hal positif melalui indera tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar