TANGGUNG JAWAB DAN
FUNGSI MANUSIA SEBAGAI KHALIFA
Fungsi Khalifah
Pada dasarnya,
akhlak yang diajarkan Alquran terhadap
lingkungan bersumber dari fungi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan
menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan
manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptaannya. Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang
tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang,
atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi
kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut untuk
mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua
proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia
bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan
kata lain, “Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai
perusakan pada diri manusia sendiri.” Binatang, tumbuhan, dan benda-benda
tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah Swt. dan
menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan
ini mengantarkan sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan
yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
Karena itu dalam Alquran ditegaskan
bahwa :
“Dan tidaklah binatang-binatang yang
ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya,
melainkan umat-umat (juga) seperti manusia...” (QS.
Al-An’am [6] : 38)
Bahwa semuanya adalah milik Allah,
mengantarkan manusia kepada kesadaran bahwa apapun yang
berada di dalam genggaman tangannya, tidak lain
kecuali amanat yang harus dipertanggungjawabkan.
“Setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap angin yang berhembus di
udara, dan setiap tetes hujan yang tercurah dari langit akan dimintakan
pertanggungjawabannya, manusia menyangkut pemeliharaan dan
pemanfaatannya”, demikian kandungan penjelasan Nabi
Saw.
Sebagai seorang
khalifah, apa yang dilakukan tidak boleh hanya untuk kepentingan diri pribadi
dan tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri saja. Oleh karena itu semua
yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat manusia dan hamba Allah,
serta pertanggung jawabannya pada tiga instansi, yaitu :
1. Pertanggung
jawaban pada diri sendiri.
2. Pertanggung
jawaban pada masyarakat.
3. Pertanggung
jawaban pada Allah.
Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba
Allah
Makna yang esensial
dari kata ‘abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan. Ketaatan,
ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan kepada Allah, yang dicerminkan
dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Sebagai hamba, tugas
utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq; menaati
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT
bagaikan hubungan seorang hamba (budak) dengan tuannya. Si hamba harus
senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya. Demikianlah,
karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah
kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati .
الْقَيِّمَةِ دِينُ وَذَلِكَ الزَّكَاةَ
تُوا وَيُؤْ الصَّلاةَ وَيُقِيمُوا حُنَفَاءَ الدِّينَ لَهُ مُخْلِصِي اللَّهَ
لِيَعْبُدُوا إِلا أُمِرُوا وَمَا
Artinya “Padahal mereka tidak disuruh,
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." – (QS.98:5)
Tanggung jawab abdullah terhadap
dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif
(naik-turun), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu
wayanqushu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang
atau melemah).
Seorang hamba Allah juga mempunyai
tanggung jawab terhadap keluarga . tanggung jawab terhadap keluarga merupakan
lanjutan dari tanggung jawab terhadap diri sendiri, karena memelihara diri
sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga. Oleh karena itu
dalam al-qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahlikum naaran (jagalah
dirimu dan keluargamu dengan iman, dari neraka).
4.
POTENSI-POTENSI YANG DIMILIKI MANUSIA
I. PENDAHULUAN
Pada awalnya manusia itu diciptakan terdiri dari dua subtansi, yaitu tubuh dan ruh. Ketika keduanya bertemu terbebntuklah subtansi yang namanya jiwa dimana jwa ini memiliki potensi buruk ataupun baik. Ruh digambarkan sebagai subtannsi yang berasal dari Allah yang memiliki sifat-sifat Allah. Tubuh adalah subtansi yang sekalipun suci akan tetapi rentan terhadap pengaruh- pengaruh eksternal.
Jiwa itu terkadang berubah-rubah fungsi dan keadaanya, maka memerlukan beberapa istilah untuk menandai perubahan tersebut. Ketika jiwa mengorientasikan pandangan ketempat asalnya dunia ruhaniah maka disebut ruh. Ketika jiwa melakukan pemikiran yang rasional maka disebut aql. Ketika memperoleh pencerahan dari Allah pada saat terjadi disingkapnya hijab, maka disebut hati.
Manusia memiliki banyak sekali potensi yang ada didalam dirinya. Potensi-potensi tersebut haruslah dikembangkan agar manusia mencapai derajat yang mulia disisi Allah. Dengan mengembangkan potensi-potensi tersebut manusia dapat mengelola bumi ini secara bijaksana untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Adapun potensi-potensi tersebut adalah potensi nur, potensi ruh, potensi qalb, potensi aql, potensi inderawi.
II. RUMUSAN MASALAH
Potensi-potensi apa saja yang dimiliki manusia dan bagaimana cara melatih potensi-potensi tersebut.
Pada awalnya manusia itu diciptakan terdiri dari dua subtansi, yaitu tubuh dan ruh. Ketika keduanya bertemu terbebntuklah subtansi yang namanya jiwa dimana jwa ini memiliki potensi buruk ataupun baik. Ruh digambarkan sebagai subtannsi yang berasal dari Allah yang memiliki sifat-sifat Allah. Tubuh adalah subtansi yang sekalipun suci akan tetapi rentan terhadap pengaruh- pengaruh eksternal.
Jiwa itu terkadang berubah-rubah fungsi dan keadaanya, maka memerlukan beberapa istilah untuk menandai perubahan tersebut. Ketika jiwa mengorientasikan pandangan ketempat asalnya dunia ruhaniah maka disebut ruh. Ketika jiwa melakukan pemikiran yang rasional maka disebut aql. Ketika memperoleh pencerahan dari Allah pada saat terjadi disingkapnya hijab, maka disebut hati.
Manusia memiliki banyak sekali potensi yang ada didalam dirinya. Potensi-potensi tersebut haruslah dikembangkan agar manusia mencapai derajat yang mulia disisi Allah. Dengan mengembangkan potensi-potensi tersebut manusia dapat mengelola bumi ini secara bijaksana untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Adapun potensi-potensi tersebut adalah potensi nur, potensi ruh, potensi qalb, potensi aql, potensi inderawi.
II. RUMUSAN MASALAH
Potensi-potensi apa saja yang dimiliki manusia dan bagaimana cara melatih potensi-potensi tersebut.
Menurut Fuad Nashori (2003: 89) manusia
memiliki beragam potensi diantaranya adalah sebagai berikut:
1)
Potensi Berfikir
Manusia memiliki potensi
berfikir.Seringkali Alloh menyuruh manusia untuk berfikir.Maka berfikir.
Logikanya orang hanya disuruh berfikir karena ia memiliki potensi berfikir.
Maka, dapat dikatakan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk belajar
informasi-informasi baru, menghubungkan berbagai informasi, serta menghasilkan
pemikiran baru.
2)
Potensi Emosi
Potensi yang lain adalah potensi dalam
bidang afeksi/emosi. Setiap manusia memilki potensi cita rasa, yang dengannya
manusia dapat memahami orang lain, memahami suara alam, ingin mencintai dan
dicintai, memperhatikan dan diperhatikan, menghargai dan dihargai, cenderung
kepada keindahan.
3) Potensi
Fisik
Adakalanya manusia memilki potensi yang
luar biasa untuk membuat gerakan fisik yang efektif dan efisien serta memiliki
kekuatan fisik yang tangguh.Orang yang berbakat dalam bidang fisik mampu mempelajari
olah raga dengan cepat dan selalu menunjukkan permainan yang baik.
Pemilik potensi sosial yang besar
memiliki kapasitas menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain. Kemampuan
menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain didasari kemampuan belajarnya,
baik dalam dataran pengetahuan maupun ketrampilan.
KESIMPULAN
Manusia memiliki beberapa potensi yang ada pada dirinya yang itu harus dikembangkan seoptimal mungkin karena pengembangan potensi-potensi tersebut merupakan wujud atas rasa syukur manusia kepada Allah. Diantaranya ada potensi nur, potensi ruh, potensi qalb, potensi aql, potensi inderawi. Potensi nur adalah potensi Illahiyah (God spoot) yang diberikan oleh Allah kepada manusia dengan ikhtiar, Manusia bisa mendapatkan nur Illahiyah dengan cara meningkatkan kecerdasan spiritual. Potensi qalb adalah potensi yang ada didalam manusia yang memiliki sitem kognisi yang berdaya emosi dan berpotensi kea rah baik atau buruk, Qalb dapat dikembangkan potensinya dengan cara selalu berbuat ke rah yang positif. Potensi aql adalah potensi yang ada didalam diri manusia (otak) yang memiliki kemampuan untuk memperoleh pengetahuan secara nalar, Penggunaan aql untuk berpikir akan mengantarkan individu dan masyarakat menjadi pribadi dan masyarakat yang unggul, dengan berpikir maka manusia itu ada. Potensi inderawi adalah potensi manusia yang berasal dari lima pancainderanya, pengembangan potensi inderawi dapat dilakukan dengan cara bersyukur kepada Allah atas indera yang telah dititipkan kepadanya dengan melakukan hal-hal positif melalui indera tersebut.
Manusia memiliki beberapa potensi yang ada pada dirinya yang itu harus dikembangkan seoptimal mungkin karena pengembangan potensi-potensi tersebut merupakan wujud atas rasa syukur manusia kepada Allah. Diantaranya ada potensi nur, potensi ruh, potensi qalb, potensi aql, potensi inderawi. Potensi nur adalah potensi Illahiyah (God spoot) yang diberikan oleh Allah kepada manusia dengan ikhtiar, Manusia bisa mendapatkan nur Illahiyah dengan cara meningkatkan kecerdasan spiritual. Potensi qalb adalah potensi yang ada didalam manusia yang memiliki sitem kognisi yang berdaya emosi dan berpotensi kea rah baik atau buruk, Qalb dapat dikembangkan potensinya dengan cara selalu berbuat ke rah yang positif. Potensi aql adalah potensi yang ada didalam diri manusia (otak) yang memiliki kemampuan untuk memperoleh pengetahuan secara nalar, Penggunaan aql untuk berpikir akan mengantarkan individu dan masyarakat menjadi pribadi dan masyarakat yang unggul, dengan berpikir maka manusia itu ada. Potensi inderawi adalah potensi manusia yang berasal dari lima pancainderanya, pengembangan potensi inderawi dapat dilakukan dengan cara bersyukur kepada Allah atas indera yang telah dititipkan kepadanya dengan melakukan hal-hal positif melalui indera tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar